Selasa, 20 Oktober 2015

Mengetahui Golongan Rhesus Darah, Pentingkah?

Gambar dari factslides.com


"Apa golongan darahmu?"

Mungkin banyak dari kita yang bisa langsung menjawabnya, A, B, AB, atau O. Tapi sebenarnya ada yang tidak kalah penting untuk diketahui setiap orang yaitu jenis rhesus darahnya. Memangnya apa itu rhesus darah? Seberapa penting rhesus sehingga setiap orang perlu mengetahuinya?

Pertama-tama, mari kita bahas tentang golongan darah terlebih dahulu. Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut.

Sistem penggolongan darah yang banyak dikenal orang selama ini adalah sistem ABO (golongan darah A, B, AB, dan O). Padahal selain penggolongan darah ABO, ada lagi penggolongan darah yang lain, salah satunya adalah sistem penggolongan darah rhesus.

Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya antigen D di permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah faktor Rhesus atau faktor Rh. Sistem penggolongan berdasarkan rhesus ini ditemukan oleh Karl Landsteiner dan Wiener tahun 1940. Disebut “rhesus” karena saat itu Landsteiner-Wiener melakukan riset dengan menggunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang banyak dijumpai di India dan Cina.

Gambar dari netwellness.org
Pada sistem rhesus, golongan darah terbagi menjadi 2 macam, yaitu rhesus negatif (Rh-) dan rhesus positif (Rh+). Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Sedangkan mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+.

Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO dengan menambahkan “+” bagi pemilik faktor rhesus atau “-“ bagi yang tidak memiliki faktor rhesus dalam darahnya, sehingga kita mengenal golongan darah A+ atau A-, B+ atau B-, AB+ atau AB-, dan O+ atau O-.


Siapa Saja yang Mungkin Memiliki Golongan Darah Rh-?

Seperti yang beberapa orang sudah ketahui, di Indonesia umumnya para pemilik Rh- adalah orang asing atau orang yang memiliki garis keturunan asing walaupun tidak langsung. Namun ternyata ada juga orang dengan Rh- yang tidak mempunyai garis keturunan asing. Tentu, awalnya akan membuat orang su’udzon dan bertanya-tanya, sebenarnya anak siapa pemilik Rh- tersebut, jika kedua orang tuanya asli pribumi dan memiliki Rh+? (Hehehe, sinetron banget). Tapi sebenarnya hal ini sangat mungkin terjadi, karena Golongan rhesus bisa diwariskan melalui DNA.

Jadi begini penjelasannya yang saya temukan di sini.
Rh- adalah gen yang resesif. Orang dengan Rh+ mempunyai gen + yang dominan atau - yang resesif, dengan varian: ++ atau +-. Sedangkan gen Rh- adalah: - -. Lalu kembalilah kita pada pelajaran Biologi tentang genetika di bangku SMP.

  • Saat ++ dan ++ menikah, semua anaknya memiliki Rh+ dengan varian ++
  • Saat +- dan ++ menikah, anaknya ada yang memiliki Rh+ dengan varian kemungkinan 50 %: ++ atau +-
  • Saat +- dan +- menikah, anaknya ada yang Rh+ dan Rh- dengan perbandingan varian 25 % ++, 50% +-, dan 25% --
  • Saat ++ dan -- menikah, semua anaknya lahir dengan Rh+ tapi membawa gen - yang bisa muncul menjadi Rh- pada anaknya bila menikah dengan orang yang memiliki Rh- (--) atau yang resesif/membawa gen negatif (+-)

Gambar dari RhesusNegativeBloodGroup.wordpress.com
Maka tidak perlu heran jika ada orang yang memiliki Rh- tapi anggota keluarga lainnya tidak ada yang Rh-, hal ini disebabkan gen negatif yang berada di kedua orang tuanya. Mungkin saja ada anggota keluarga lainnya juga yang memiliki gen negatif tapi tidak dominan (tidak muncul). Lalu bagaimana dengan kedua orang tua Rh+ tapi semua anaknya terlahir dengan Rh- ? Hal ini bisa saja terjadi karena kedua orang tuanya Rh+ memiliki gen resesif sehingga muncul Rh- di keturunannya.


Tidak Bisa Sembarangan Menyumbang atau Menerima Darah

Mirip dengan sistem ABO, di dalam sistem rhesus juga terdapat aturan khusus dalam urusan sumbang-terima darah. Seseorang bergolongan darah Rh+ bisa menerima donor dari darah bergolongan Rh-, apabila dalam uji silang (crossmatch) cocok. Karena darah rhesus negatif tidak mengandung “benda asing” yang bisa disangka sebagai musuh yang dapat memacu timbulnya antirhesus.

Sedangkan seseorang dengan golongan darah Rh- tidak boleh ditranfusi dengan darah bergolongan Rh+, walaupun cocok dalam uji silang (crossmatch). Aturan ini tetap berlaku meskipun pendonor adalah keluarga dekat atau bahkan darah dagingnya sendiri.

Hal ini dikarenakan sistem pertahanan tubuh reseptor (penerima donor) yang bergolongan darah Rh- akan menganggap darah Rh+ dari donor itu sebagai “zat asing” yang perlu dilawan seperti virus atau bakteri. Sebagai bentuk perlawanan, tubuh reseptor akan memproduksi antirhesus (antibodi anti Rh+). Saat pertama kali transfusi, kadar antirhesus masih belum cukup tinggi sehingga relatif tak menimbulkan masalah serius kepada reseptor.

Pada tranfusi kedua, akibatnya bisa fatal karena antirhesus mencapai kadar yang cukup tinggi. Antirhesus ini akan menyerang dan memecah sel-sel darah merah dari donor, sehingga ginjal harus bekerja keras mengeluarkan sisa pemecahan sel-sel darah merah itu. Kondisi ini bukan hanya menyebabkan tujuan tranfusi darah tak tercapai, tapi malah memperparah kondisi si reseptor sendiri.

Selain karena mendapat tranfusi darah Rh+, antirhesus bisa terbentuk di dalam tubuh seseorang bergolongan darah Rh- karena proses amniosentesis (pengambilan cairan di sekitar janin dalam rahim untuk memeriksa keadaan janin), atau karena kebocoran darah janin.


Perlunya Memeriksa Golongan Rhesus, Terutama Sebelum Melangsungkan Pernikahan

Rhesus anak-anak dari pasangan gen resesif
(Gambar dari urmc.rochester.edu)
Setiap pasangan pasti akan memikirkan tentang memiliki keturunan sebagai buah hati mereka. Seperti yang dibahas di atas, jenis rhesus diturunkan melalui gen orang tua. Pasangan yang berbeda rhesus dan pasangan yang sama-sama memiliki gen resesif memiliki kemungkinan memiliki keturunan dengan golongan Rh-.

Faktor rhesus sangat penting dalam kehamilan. Dan pada beberapa kondisi, bisa saja seorang ibu mengandung bayi dengan golongan rhesus yang berbeda darinya, atau biasa disebut kehamilan dengan ketidakcocokan rhesus. Hal ini bisa terjadi karena ibu dan bayi masing-masing memiliki sirkulasi darah sendiri yang terpisah.

Kehamilan dengan ketidakcocokan rhesus ini bisa berbahaya apabila seorang ibu dengan Rh- mengandung bayi dengan Rh+, dan tidak mendapatkan perawatan yang tepat. Oleh karena itu, pasangan perlu memeriksakan golongan rhesusnya sebelum menikah atau berencana memiliki keturunan.

Aliran darah ibu dan bayi bertemu sangat dekat di plasenta, hanya dipisahkan oleh sehelai sel tipis. Hal ini memungkinkan adanya kebocoran kecil darah janin ke dalam sirkulasi darah ibu. Kebocoran ini dapat terjadi pada hampir 75% persalinan, karena rahim yang berkontraksi saat persalinan akan mengganggu sel pembatas yang tipis tersebut. Pada beberapa kasus, kebocoran terjadi pada usia kehamilan 28 minggu. Selain itu, kebocoran juga bisa terjadi pada saat keguguran, aborsi, terminasi, ataupun amniosentesis (pengambilan cairan di sekitar janin dalam rahim untuk memeriksa keadaan janin).

Saat kebocoran terjadi, darah ibu tercampur sedikit dengan darah janin. Dan seperti dibahas di atas, ketika darah ibu yang bergolongan Rh- bertemu dengan darah janin yang bergolongan Rh+, maka tubuh ibu secara otomatis akan menganggap darah janin sebagai zat asing dan akan memproduksi antirhesus sebagai perlindungan diri. Karena antirhesus ini adalah sebuah antibodi, maka sekalinya ia diproduksi di dalam tubuh, antirhesus ini akan terus ada seumur hidup. Sehingga saat darah janin tersebut bertemu lagi dengan darah ibu, maka antirhesus tersebut akan menyerang dan menghancurkannya.

Produksi antirhesus ini sangat lambat, sehingga pada kasus tertentu antirhesus belum terbentuk saat kehamilan pertama seorang ibu Rh- dengan janin bergolongan darah Rh+. Kalaupun telah terjadi kebocoran darah janin pada kehamilan pertama, maka jumlah antirhesus tersebut belum cukup membahayakan janin. Biasanya akibat dari kebocoran pada kehamilan pertama adalah bayi menjadi kuning setelah dilahirkan.

Setelah kelahiran atau keguguran kehamilan pertama, plasenta yang lepas berarti memutuskan pembuluh-pembuluh darah yang menghubungkan dinding rahim dan plasenta mengakibatkan sel darah merah bayi masuk ke darah ibu dalam jumlah yang lebih banyak. Setelah 48-72 jam setelah kelahiran/keguguran, tubuh ibu akan kembali membentuk antirhesus yang lebih banyak dari sebelumnya.

Pada kehamilan berikutnya, problemnya bisa menjadi fatal jika ibu dengan Rh- kembali mengandung janin dengan golongan Rh+. Pada saat itu, antirhesus di dalam tubuh ibu akan mengenali darah bayi sebagai zat asing dan menyerangnya sehingga terjadi perusakan sel darah merah bayi. Saat itu, kadar antirhesus ibu sedemikian tinggi sehingga daya rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga hebat. Kerusakan besar-besaran sel darah merah bayi disebut erytroblastosis foetalis dan hemolisis. Hal bisa menyebabkan janin mengalami keguguran.

Selain itu kerusakan sel darah merah bisa juga memicu kernicterus (kerusakan otak) dan jaundice (bayi kuning/hiperbilirubinimia), gagal jantung dan anemia dalam kandungan maupun setelah lahir. Karena hati bayi yang baru lahir belum cukup matang, maka ia tak dapat mengolah sel darah merah yang rusak (bilirubin) ini dengan baik untuk dikeluarkan oleh tubuhnya, sehingga terjadi hiper bilirubin/bayi kuning. Selain itu sang hati pun akan bekerja terlalu keras sehingga mengakibatkan pembengkakkan hati dan dibanjirinya paru-paru dengan cairan. Karena produk perusakan sel darah merah adalah racun bagi otak maka terjadi kernicterus (kerusakan otak). Selain itu sumsum bayi yang belum matang tak dapat mengganti sel darah merah dengan cukup cepat, maka ia akan kembali melepaskan sel darah merah yang belum matang dalam sirkulasi darah (reticulocytes dan erythroblast). Dalam kondisi ini sang ibu tetap aman karena bilirubin yang masuk dalam sirkulasi darahnya lewat plasenta akan dikeluarkan oleh sistem metabolismenya.

Penangangan Kehamilan Ibu Bergolongan Rh- dengan Janin Bergolongan Rh+

Karena begitu jarangnya orang dengan rh-, maka sangat sedikit rumah sakit yang dapat menanganinya. Begitu pula dengan dokter kandungan, ternyata banyak sekali yang masih tidak mengerti masalah kehamilan dengan Rh- ini. Maka dari itu, seorang wanita bergolongan Rh- yang berencana atau sedang mengandung, disarankan segera mencari informasi rumah sakit dan dokter mana yang bisa menangani kehamilan dengan ketidakcocokan rhesus, agar janin aman dan masalah keguguran bisa dihindari.

Walaupun tidak selalu ada masalah, dokter biasanya akan tetap menangani kehamilan pada ibu berhesus negatif secara khusus. Seorang wanita dengan Rh- pada pemeriksaan kehamilan pertama akan diperiksa darahnya untuk memastikan jenis rhesus darah dan melihat apakah telah tercipta antibodi. Bila belum tercipta antibodi, maka pada usia kehamilan 28 minggu dan dalam 72 jam setelah persalinan akan diberikan injeksi anti-D (Rho) immunoglobulin, atau biasa juga disebut RhoGam. Bila kehamilan tanpa injeksi mempunyai peluang untuk selamat hanya 5%, Injeksi ini akan mengurangi resiko hingga 1%. Bahkan bila digunakan dengan tepat, bisa mengurangi resiko hingga 0.07% (yang berarti peluang selamat meningkat hingga 99.93%). Pada kasus keguguran, aborsi dan terminasi pun injeksi ini perlu diberikan.

RhoGam ini akan menghancurkan sel darah merah janin yang beredar dalam darah ibu, sebelum sel darah merah itu memicu pembentukan antibodi yang dapat menyeberang ke dalam sirkulasi darah janin. Dengan demikian sang janin akan terlindung dari serangan antibodi. Tidak seperti antibodi yang akan bertahan seumur hidup, RhoGam akan habis dalam beberapa minggu, karena itu, ia cukup aman bagi janin. Pada kehamilan-kehamilan berikutnya, dokter akan terus memantau apakan telah terjadi kebocoran darah janin ke dalam sirkulasi darah ibu, untuk menghindari telah terbentuknya antibodi. Dan injeksi RhoGam terus diulang pada setiap kehamilan.

Rhesus Anti-D-immunoglobulin tersedia dalam ampul 2ml yang mengandung 1000 unit. Untuk kehamilan 8-12 minggu 375 unit sudah cukup, tapi untuk kehamilan lebih lanjut, harus diberikan 1000 unit. Karena langkanya kehamilan dengan rhesus negatif, maka hanya apotik tertentu saja yang menyediakan rhoGam ini, biasanya harus dipesan terlebih dahulu minimal 5-7 hari sebelum dibeli.

Injeksi ini tidak diperlukan apabila kehamilan masih di bawah 7 minggu, kecuali dalam kondisi tertentu. Selain itu, injeksi ini juga tidak lagi diperlukan jika janin juga memiliki Rh- (sama dengan ibu), tubuh ibu telah memproduksi antirhesus, atau jika ibu sudah tidak akan hamil atau melahirkan lagi.


Penanganan Bayi Pada Ibu Yang Telah Mempunyai Antibodi

Bila ibu menunjukkan kadar antirhesus yang sangat tinggi dalam darahnya, maka akan dilakukan penanganan khusus terhadap janin yang dikandung, yaitu dengan monitoring secara reguler dengan scanner ultrasonografi. Dokter akan memantau masalah pada pernafasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala penderitaan bayi akibat rendahnya sel darah merah. Tindakan lain yang biasanya diambil ialah dengan melakukan pengecekan amniosentesis secara berkala untuk mengecek level anemia dalam darah bayi.

Pada kasus tertentu, kadang diputuskan untuk melakukan persalinan lebih dini, sejauh usia janin sudah cukup kuat untuk dibesarkan diluar rahim. Tindakan ini akan segera diikuti dengan penggantian darah janin dari donor yang tepat. Induksi persalinan juga akan dilakukan pada ibu yang belum mempunyai antibodi bila kehamilannya telah lewat dari waktu persalinan yang diperkirakan sebelumnya, untuk mencegah kebocoran yang tak terduga.

Pada kasus yang lebih gawat, dan janin belum cukup kuat untuk dibesarkan diluar, akan dilakukan transfusi darah terhadap janin yang masih dalam kandungan. Biasanya bila usia kandungan belum mencapai 30 minggu. Proses transfusi ini akan diawasi secara ketat dengan scanner ultrasonografi dan bisa diulang beberapa kali hingga janin mencapai ukuran dan usia yang cukup kuat untuk diinduksi.

Setelah bayi lahir, ia akan mendapat beberapa pemerikasaan darah secara teratur untuk memantau kadar bilirubin dalam darahnya. Bila diperlukan akan dilakukan phototerapi. Bila kadar bilirubin benar-benar berbahaya akan dilakukan penggantian darah dengan transfusi. Kadar cairan dalam paru-paru dan jantungnya juga akan diawasi dengan ketat, demikian juga dengan kemungkinan anemia.


Penduduk dengan Rh- Adalah Minoritas

Data diambil dari RhesusNegatif.com

Mengenali rhesus menjadi begitu penting karena di dunia ini hanya sedikit orang yang memiliki rhesus negatif. Hanya 15% dari penduduk dunia yang bergolongan darah Rh-. Persentase jumlah pemilik rhesus negatif berbeda-beda antarkelompok ras. Pada beberapa ras (seperti warga Eropa, Amerika, dan Australia), jumlah pemilik Rh- sekitar 15 sampai 18%. Sedangkan pada ras Asia, persentase pemilik Rh- jauh lebih kecil. Menurut data Biro Pusat Statistik pada 2010, hanya kurang dari 1% penduduk Indonesia, atau sekitar 1,2 juta orang yang memiliki Rh-. Dengan kata lain, dari seribu orang, hanya sekitar lima orang yang berhesus negatif.

Data diambil dari RhesusNegatif.com
Inilah permasalahan utama orang-orang bergolongan darah Rh-, terutama yang berada di Indonesia. Karena sedikitnya jumlah penduduk yang bergolongan Rh-, jumlah pendonor pun sangat sedikit. Memang kebutuhan darah dengan Rh- jarang terjadi, tetapi di saat diperlukan akan sangat sulit mendapatkan darah dengan Rh-.

Untuk lebih jelasnya bagaimana gambaran sulitnya mencari darah dengan Rh-, bisa coba baca sharing pengalaman sesama Rh-, berita tentang pasien Rh- yang tidak terpenuhi kebutuhan darahnya, atau cerita seorang ibu yang mencari darah O- untuk bayinya.

Untuk menyiasati sedikitnya jumlah pendonor dengan Rh- dan kebutuhan akan darah Rh- yang bisa terjadi sewaktu-waktu, PMI menerapakan sistem donor panggilan. Sebagai bank data, PMI mencatat identitas lengkap orang-orang yang diketahui berhesus negatif. Jika ada permintaan darah rhesus negatif, PMI akan menghubungi mereka agar bersedia mendonorkan darahnya. Mungkin karena dipersatukan oleh nasib sebagai sesama warga minoritas, mereka biasanya tak sulit dimintai bantuan. Pada saat-saat tertentu terkadang PMI daerah setempat tetap tidak bisa memenuhi permintaan darah dengan Rh-. Biasanya, PMI daerah tersebut akan meminta bantuan pada PMI daerah lain, misalnya Bali karena di sana banyak terdapat warga asing. Jika cara ini pun tidak berhasil, PMI Pusat kadang sampai harus minta bantuan ke palang merah negara lain misalnya Singapura, Australia atau Belanda. Walhasil, solidaritas kaum Rh- tak hanya dalam satu kota atau antarkota, tapi juga lintas negara. Bank data pemilik Rh- ini biasanya tercatat di PMI tingkat daerah (provinsi) atau PMI tingkat cabang (kabupaten atau kota). Tentu saja tidak semua pemilik rhesus negatif tercatat di bank data PMI. Yang tercatat hanya mereka yang kebetulan telah menjalani pemeriksaan rhesus.

Namun langkanya golongan darah Rh- membawa hikmah tersendiri. Sulitnya mencari kebutuhan darah Rh- mendorong terbentuknya komunitas Rhesus Negatif di beberapa kota besar di Indonesia. Menjadi anggota komunitas Rhesus Negatif tidak hanya bisa menolong sesama pemilik Rh- saat ada kebutuhan darah, tetapi juga bisa mendapatkan informasi saat anggota tersebut atau keluarganya membutuhan darah Rh-. Selain itu, karena hubungan saling membutuhkan yang tinggi, biasanya solidaritas antar anggotanya juga tinggi. Saya pernah membaca kisah seorang yang pendonor yang harus terbang ke luar kota karena seorang pasien membutuhkan darah Rh- yang saat itu tidak bisa didapatkan di daerahnya. Untuk Rh+, kok rasanya saya tidak pernah mendengar hal-hal seperti ini, karena mayoritas dan biasanya kebutuhan darah bisa dipenuhi oleh PMI daerahnya atau PMI yang dekat dengan daerah tersebut.

Menjadi orang-orang pilihan yang memiliki Rh- membuat mereka menjadi lebih hati-hati dalam menjaga keselamatan dirinya dan juga kesehatannya, agar siap jika sewaktu-waktu ada kebutuhan darah yang sesuai dengan golongannya. Kisah mereka bisa dibaca di sini, atau di sini.


Lalu, Apa yang Harus Saya Lakukan Jika Belum Mengetahui Golongan Rhesus yang Saya Miliki?

Untuk mengetahui golongan rhesus, kita bisa datang ke PMI dan mendonorkan darah kita. Saat melakukan tes sebelum melakukan donor, kita akan diberitahu golongan darah dan keadaan kesehatan kita saat itu (berat badan, Hb dan Tekanan Darah). Cara lain untuk memeriksakan golongan rhesus kita adalah dengan pergi ke laboratorium. Pemeriksaan Rh termasuk kategori dasar pemeriksaan hematologi, bisa dilakukan di laboratorium-laboratorium klinik seperti Prodia, Pramita, Bio Medika, Kimia Farma, dan sejenisnya.

Jika kebetulan berhesus negatif, kalian bisa mendaftarkan diri di bank data PMI sebagai anggota komunitas rhesus negatif yang sewaktu-waktu siap diminta menjadi donor panggilan. Selain bisa berbagi dengan orang lain, menjadi donor berarti menyelamatkan diri sendiri. Memang tak ada orang yang berharap jatuh sakit, tapi siapa tahu ternyata suatu saat kita sendiri yang membutuhkan.

Selain itu, kalian bisa bergabung grup facebook Blood Group Rhesus Negatif dan follow twitter @rh_negatifid untuk mengetahui informasi terkini tentang Rh- dan kebutuhan darah golongan Rh-. Kalian juga bisa mengunjungi website RhesusNegatif.com untuk diskusi atau mencari informasi lebih lanjut.





SOURCES:

Rhesus Negatif Indonesia: Pemeriksaan Sederhana Golongan Darah dan Rhesus | http://www.rhesusnegatif.com/article-detail.php?id=157

Rhesus Negatif Indonesia: Saya Anak Siapa? | http://www.rhesusnegatif.com/article-detail.php?id=161

Rhesus Negatif Indonesia: Kenali Rhesus Darahmu || http://www.rhesusnegatif.com/article-detail.php?id=45

Rhesus Negatif Indonesia: Rhesus Negatif | https://rhesusnegatifindonesia.wordpress.com/2011/10/13/rhesus-negatif/

Rhesus Negatif Indonesia: Rhesus Inkompatibilitas | https://rhesusnegatifindonesia.wordpress.com/2011/10/27/rhesus-inkompatibilitas/

Atjehpost.co: Rhesus Darah dan Masalahnya oleh dr. Natalina Christanto | http://atjehpost.co/articles/read/29/Rhesus-Darah-Masalahnya

Fanesa Rizkilia: Rhesus Negatif dan Rhesus Positif | https://fanesaay.wordpress.com/2013/09/10/rhesus-negatif-dan-rhesus-positif/

Ayahbunda.co.id: Menikah Beda Rhesus, Berbahaya Bagi Janin | http://www.ayahbunda.co.id/prakonsepsi-gizi-kesehatan/menikah-beda-rhesus2c-berbahaya-bagi-janin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar